Langsung ke konten utama

Manajemen Risiko Bahan Kimia

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep. 187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja, pada pasal 2 menyebutkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Hal ini dimaksudkan suatu perusahaan yang menyimpan dan mengangkut bahan kimia berbahaya harus mengelola secara benar dan sesuai prosedur. Industri sebagai tempat kerja yang berkembang secara kompleks memiliki aktivitas dan lingkungan kerja yang beragam. Pemanfaatan peralatan, penggunaan mesin-mesin dan bahan kimia khususnya bahan kimia toksik untuk proses produksi memberikan ancaman di tempat kerja. Hal ini bisa menjadi sumber potensi bahaya dan faktor bahaya yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja. Apa sih yang disebut dengan potensi bahaya dan faktor bahaya?
Potensi bahaya adalah penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja (KA)
Faktor bahaya adalah penyebab terjadinya Penyakit Akibat Kerja 
           Dari ancaman-ancaman tersebut perlu adanya manajemen resiko terhadap bahan kimia. Apa itu manajemen risiko? Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu risiko. Adapun langkah-langkah manajemen resiko sebagai berikut :
  • Identifikasi potensi bahaya dengan menentukan probability terjadinya suatu potensi bahaya. Probability merupakan kemungkinan/keseringan terjadinya kecelakaan atau sakit. Dalam menentukan nilai probability bersifat subjektif, dan hasil dari inspeksi dikategorikan sebagai berikut :
Kategori
Definisi
Nilai
SERING
Kemungkinan terjadinya sangat sering dan berulang
4
AGAK SERING
Kemungkinan terjadinya beberapa kali
3
JARANG
Kemungkinan jarang terjadi atau terjadinya sekali waktu
2
JARANG SEKALI
Kemungkinan terjadinya kecil tetapi tetap ada kemungkinan
1

  • Identifikasi potensi bahaya dengan menentukan severity suatu potensi bahaya. Severity merupakan tingkat keparahan kecelakaan atau sakit. Penentuan severity bersifat subjektif, dan dikategorikan sebagai berikut :
Kategori
Definisi
Nilai
BENCANA
Kecelakaan yang menyebabkan banyak kematian
5
FATAL
Kecelakaan yang menyebabkan kematian tunggal
4
CIDERA BERAT
Kecelakaan yang menyebabkan cidera atau sakit yang parah untuk waktu yang sangat lama tidak bekerja atau menyebabkan cacat tetap
3
CIDERA RINGAN
Kecelakaan yang menyebabkan cidera atau sakit ringan dan dapat bekerja kembali atau tidak menyebabkan cacat tetap
2
HAMPIR CIDERA
Kejadian hampir celaka yang tidak menyebabkan cidera atau tidak memerlukan perawatan kesehatan
1


  • Menentukan tingkat risiko potensi bahaya. Setelah melakukan identifikasi hazard, maka hitung Probability (P) dan Severity (S) dengan rumus :
                                  Risiko (R) = Probability (P) × Severity (S)
          Setelah menghitung risiko, tentukan tingkat risiko dengan menggunakan matriks :

Matriks Penilaian Risiko
SEVERITY
PROBABILITY

SERING
AGAK SERING
JARANG
JARANG SEKALI
4
3
2
1
BENCANA
5
20
Urgent
15
Urgent
10
High
5
Medium
FATAL
4
16
Urgent
12
High
8
Medium
4
Low
CIDERA BERAT
3
12
High
9
Medium
6
Medium
3
Low
CIDERA RINGAN
2
8
Medium
6
Medium
4
Low
2
low
HAMPIR CIDERA
1
4
Low
3
Low
2
Low
1
NONE

  • Tentukan Prioritas Risiko Potensi Bahaya. Setelah dilakukan penentuan tingkat risiko harus dibuat skala prioritas risiko untuk setiap potensi bahaya yang diidentifikasi dalam upaya menentukan rencana pengendalian risiko. Adapun klasifikasi tingkat risiko sebagai berikut :
Klasifikasi Tingkat Risiko
TINGKAT RISIKO
TINGKAT BAHAYA
KLASIFIKASI
URGENT
Tingkat bahaya sangat tinggi
Hazard klas A
HIGH
Tingkat bahaya tinggi
Hazard klas B
MEDIUM
Tingkat bahaya sedang
Hazard klas C
LOW
Tingkat bahaya kecil
Hazard klas D
NONE
Hampir tidak ada bahaya
Hazard klas E

  • Lakukan Pengendalian Risiko. Setelah dilakukan prioritas tingkat risiko, apabila suatu risiko kecelakaan/PAK telah diidentifikasi dan dinilai, maka pengendalian risiko harus diimplementasikan untuk mengurangi risiko sampai batas-batas diterima.

      

                Contoh Kasus :

    • Gambar tersebut menunjukkan, petani sedang menyemprot padi menggunakan pestisida non organik. Tentukan tingkat risiko dan pengendalian risikonya!
Probability (P)             = 2
Severity (S)                 = 3
Risiko (R)                    = P × S
                                    = 2 × 3
                                    = 6 (Medium, Hazard klas C)
Pengendalian risiko :
1. Eliminasi   : tidak dapat dilakukan
2. Substitusi  : pestisida non organik dapat diganti dengan pestisida organik
3.  Administrasi :
·          Penyemprotan dilakukan pada pagi hari
Penyemprotan dilakukan dipagi hari karena apabila di siang hari, pestisida akan menguap dan panas dari matahari akan mempercepat reaksi kimia apabila pestisida masuk ke dalam tubuh.
·           Penyemprotan dilakukan searah dengan arah angin
Tujuan dari penyemprotan tersebut agar pestisida tidak masuk ke dalam inhalasi petani.
·           Diadakan penyuluhan tentang tata cara bertani yang baik
4. Engineering Control : Pemberian corong kerucut pada unjung penyemprot
5.   APD : Penggunaan masker, sarung tangan, dan baju lengan panjang






Komentar

Postingan populer dari blog ini

K3 PENGGALIAN

      Pekerjaan penggalian merupakan suatu kegiatan penggalian material (tanah) yang akan digunakan atau akan dibuang. Pekerjaan penggalian adalah salah satu pekerjaan yang memiliki resiko yang cukup tinggi, karena mempunyai resiko tanah longsor, rusaknya fasilitas akibat penggalian dan lain-lain.      Contoh pekerjaan penggalian yaitu pengerjaan selokan bawah tanah, instalasi gorong-gorong, perbaikan darurat fasilitas bawah tanah, dan lain-lain. Pekerjaan penggalian dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat berat.       Didalam pekerjaan penggalian perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Penggalian lebih dari 1,4 m harus berizin, karena kemungkinan terperosok dan tertimbun, gas berbahaya, dan  banjir/tenggelam Penggalian terowongan/gorong-gorong/sanitasi harus sesuai aturan keamanan termasuk penangkal petir dengan tahanan maksimal 5 ohm dan instalasi listrik/ kabel-kabel dibawah tanah TAHAP-TAHAP PENGGALIAN Tahap-tahap penggalian sebagai beri

PEMERIKSAAN BOILER

PENGERTIAN BOILER Boiler adalah alat untuk menghasilkan uap air, yang digunakan untuk pemanasan atau tenaga gerak (Wikipedia). Bahan bakar boiler bermacam-macam mulai dari batubara, minyak, listrik, gas, nuklir, dan lain-lain. PEMERIKSAAN BOILER Dalam pemerikasaan boiler dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu hidrotest dan steamtest 1.   Hidrotest Persiapan untuk pemadatan : Lazimnya pakai air dingin diisikan sampai saluran tingkap pengaman yang berhubungan dengan pesawatnya, harus diberi iplendes, sehingga tingkap pengaman bebas tekanan padat (tidak boleh ada udara di dalamnya). Maksud pemadatan : -          Adanya kerusakan-kerusakan konstruksi akibat daripada pengangkutan/transportasi -        Untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan pemuaiannya/elastisisnya untuk dapat tidaknya kembali semula setelah diadakan pemadatan dengan air dingin sampai melampaui tekanan yang diinginkan Pengujian padat dengan air dingin dilakukan (ketentuan pemadata

Menerapkan Safety Riding kepada Pengendara Sepeda Motor

        Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah kesehatan yang pontensial di Indonesia seiring makin giatnya pembangunan akhir-akhir ini. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang baru-baru ini merilis  The Global Report on Road Safety  pada tahun 2016, kecelakaan lalu litas di Indonesia menduduki peringkat ketiga berdasarkan banyaknya pengendara di Indonesia yang kerap kali kedapatan melakukan pelanggaran lalu lintas.  Menurut data dari Korlantas Polri pada rentang tahun 2016, kecelakaan tertinggi terjadi pada pengendara sepeda motor dengan jumlah 37.721 dan korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yaitu umur 15-19 tahun dengan jumlah 4.336 orang. Pelanggaran lalu lintas di Indonesia tertinggi juga terjadi pada pengendara sepeda motor karena tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM).  Dari data-data yang telah ditunjukkan maka perlu adanya sikap  safety behavior  atau juga disebut sikap selamat yang diterapkan kepada pengendara sepeda motor. Salah satunya dapat d